HADATS KECIL DAN BESAR

Hadats dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Hadats Kecil
 Hadats kecil ialah suatu keadaan yang bersifat abstrak pada diri seseorang yang menyebabkan orang diwajibkan berwudlu agar dapat melakukan ibadah tertentu.

2. Hadats Besar
Hadats besar ialah suatu keadaan yang bersifat abstrak pada diri seseorang yang menyebabkan orang diwajibkan mandi agar dapat melakukan ibadah tertentu. 

Hal Yang Dilarang Bagi Orang Yang Berhadats 
1. Hadats Kecil Orang yang berhadats kecil dilarang melakukan :

a. Shalat 
Dan barang siapa yang berhadats diharamkan baginya untuk salat, berdasarkan sabda Rasul SAW : “Allah tidak menerima salat seseorang tanpa suci” Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak akn menerima salat seseorang yang telah berhadats hingga ia berwudlu kembali.” (HR Buchari dan Muslim) 
b. Tawaf 
dan diharamkan (orang yang berhadats) tawaf berdasarkan sabda Rasul SAW : “Tawaf di baitullah itu sama dengan salat” 
c. Memegang dan menyentuh mushaf 
Dan diharamkan (bagi orang yang berhadats) memegang mushaf, berdasarkan firman Allah SWT :“ Tidak boleh menyentuh (Qur’an) kecuali orang-orang yang suci. (Al Waqi’ah : 79)” 
Dari Umar bin Hizam Radliallahu ‘Anhu : sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “jangan kau menyentuh Al-Qur’an kecuali kau dalam keadaan suci.” 

2. Hadats Besar 
Sebab hadats besar adalah junub, keluar haidh atau nifas, dan bersenggama.
 
a. Apabila seseorang berhadats besar karena berjunub, maka dia diharamkan untuk melakukan perkara-perkara berikut: 

1) Shalat 
Dan barang siapa yang berhadats diharamkan baginya untuk salat, berdasarkan sabda Rasul SAW : “Allah tidak menerima salat seseorang tanpa suci” “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah .” (QS. Al-Maidah: 6) 

2) Tawaf 
dan diharamkan (orang yang berhadats) tawaf berdasarkan sabda Rasul SAW : “Tawaf di baitullah itu sama dengan salat” 

3) Menyentuh dan memegang mushaf 
Dan diharamkan (bagi orang yang berhadats) memegang mushaf, berdasarkan firman Allah SWT :“ Tidak boleh menyentuh (Qur’an) kecuali orang-orang yang suci. (Al Waqi’ah : 79)” diriwayatkan Hakim bin Hizam Radliallahu ‘Anhu : sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “jangan kau menyentuh Al-Qur’an kecuali kau dalam keadaan suci.” 

4) Membaca Al-Qur’an 
Dari Ibnu Umar r.a. bahwasannya Nabi SAW bersabda, “Tidak boleh membaca suaiu ayat alqur’an bagi orang junub dan tidak pula bagi perempuan-perempuan yang haid.” (HR. Tirmizi dan Ibnu Majah) 

Telah berkata Ali bin Abi Thalib : Adlaah Rasulullah SAW sering membacakan Al-Qur’an bagi kami di setiap saat sedang beliau tidak dalam keadaan junub. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah dan Timidzi. Ia berkata : Hadis ini hasan sahih] 

Ali berkata: Nabi SAW pernah bersabda :”Bacalah Al-Quran selama seseorang dari kamu tidak dalam keadaan janabat, maka apabila dalam keadaan janabat tidak boleh membacanya walaupun satu huruf. [HSR Daruquthni] 

 Ali berkata : Saya pernah melihat Rasulullah SAW berwudhu, kemudian beliau membaca sebagian dari Al-Quran sambil bersabda : Demikian ini (membaca Al-Quran) adalah bagi orang yang tidak berjunub, sedang bagi yang junub tidak boleh membacanya  walau pun satu ayat. 

5) Berdiam diri di dalam masjid 
Dari Aisyah ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda,” Sesungguhnya aku tidak membolehkan masjid bagi orang yang haid dan tidak pula bagi orang yang junub.” (HR. Abu Dawud) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi..”(QS. An-Nisa’: 43) 

b. Apabila seseorang berhadath besar kerana keluar haidh dan nifas, maka dia diharamkan untuk melakukan perkara-perkara berikut: 

1) Shalat 
 Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan lakukan shalat.(HR. Bukhari) 

2) Puasa 
Dari Abi Said Al-Khudhri ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bukankah bila wanita mendapat haidh, dia tidak boleh shalat dan puasa? Perempuan-perempuan itu menjawab, “ya”itulah tanda berkurangnya kewajiban agamanya.(HR. Bukhari) 

3) Tawaf 
Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapat haid, lakukan semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf di sekeliling ka`bah hingga kamu suci.(HR. Bukhari dan Muslim) 

4) Membaca AL-Qur’an, menyentuh, dan membawanya
sebagaimana keterangan dalam perkara hal-hal yang diharamkan ketika junub. 

5) Lewat, masuk, duduk, dan beriktikaf di dalam masjid jika dikhawatirkan darahnya menetes pada masjid. 

6) Bersenggama 
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. QS. Al-Baqarah 

Dari Anas ra. bahwa orang Yahudi bisa para wanita mereka mendapat haidh, tidak memberikan makanan. Rasulullah SAW bersabda, Lakukan segala yang kau mau kecuali hubungan badan.(HR.Muslim) Dari Aisyahra berkata, Rasulullah SAW memerintahkan aku untuk memakain sarung, beliau mencumbuku sedangkan aku dalam keadaan datang haidh. 

7) Talak 
Dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya : “dari Ibnu Umar r.a.bahwasannya ia pada masa Rosulullah pernah menceraikan istrinya, ketika itu iastrinya sedang dalam keadaan haid,lalu bertanya Umar (bapaknya) pada Rosulullah SAW tentang hal itu, maka Rosululah menjawab,`Suruhlah dia merujuki istrinya itu kembali, kemudian hendaklah ia menanti istrinya itu sampai suci kembali, kemudian ia haid lagi dan suci lagi, kemudian jika dikehendakinya boleh ditahannya, dan jika dikehendakinya ia boleh ceraikan sebelum ia campuri.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Adapun talak ini sah jatuhnya, hukumnya haram hingga ia diperintahkan ruju’ kembali.

Source:
https://wakidyusuf.wordpress.com

Posting Komentar

Selamat datang di Blog Dalil Aswaja An Nahdliyah, silahkan beri komentar di Postingan ini, berkomentarlah dengan sopan dan sesuai isi Postingan. Terimaksih
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.