TAWASSUL DI MAKAM


Kita mantapkan dahulu, siapa yang pertama kali mengajarkan doa Tawassul? Jawabnya adalah Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam hadits sahih berikut:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً ضَرِيْرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُوْ بِهِ يَرُدُّ اللهُ عَلَيَّ بَصَرِيْ فَقَالَ لَهُ قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي فَدَعَا بِهَذَا الدُّعَاءِ فَقَامَ وَقَدْ أَبْصَرَ (رواه الحاكم والترمذي)


Dari Utsman bin Hunaif: Suatu hari seorang yang buta datang kepada Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkan saya sebuah doa yang akan saya baca agar Allah mengembalikan penglihatan saya.” Rasulullah berkata: bacalah doa (artinya) “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat.” Kemudian ia berdoa dengan doa tersebut, ia berdiri dan telah bisa melihat" (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak No 1929, hadits ini memiliki banyak jalur riwayat, beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam al-Bukhari dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam al-Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah sahih. Dan diriwayatkan oleh al-Turmudzi No 3578, ia berkata: Hadits ini Hasan Sahih Gharib) Andaikata berdoa Tawassul adalah syirik maka pasti Nabi tidak akan mengajarkan. Dan andaikata Tawassul hanya boleh ketika Nabi masih hidup maka sudah pasti Nabi melarang doa tersebut. Nyatanya Nabi tidak mengkhususkan doa tersebut ketika Nabi hidup saja, setelah beliau wafat pun masih boleh dibaca. Diantara doa Tawassul di makam adalah dengan kalimat Bi jaahi (dengan kedudukannya), bi haqqi (dengan haknya), ilaa hadlrati, dan sebagainya. 

Hal ini berdasarkan hadits:

اِغْفِرْ لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِيْ فَإِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ (رواه الطبراني وابو نعيم فى حلية الأولياء عن انس)


Hadits: “Ampunilah ibuku, Fatimah binti Asad, tuntunlah hujjahnya dan lapangkan kuburnya, dengan haq Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau dzat yang paling mengasihi”. (HR al-Thabrani dan Abu Nuaim dari Anas) Atau bertawassul dengan cara menyebut dan memanggil para auliya agar mendoakan kepada Allah. 

Sebagaimana dalam riwayat:

وَرَوَى اِبْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ مِنْ رِوَايَةِ أَبِيْ صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ مَالِك الدَّارِيِّ - وَكَانَ خَازِنَ عُمَرَ - قَالَ أَصَابَ النَّاسَ قَحْطٌ فِيْ زَمَنِ عُمَرَ فَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوْا


Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Abi Shaleh Samman, dari Malik al-Dari (Bendahara Umar), ia berkata: Telah terjadi musim kemarau di masa Umar, kemudian ada seorang laki-laki (Bilal bin Haris al-Muzani) ke makam Rasulullah Saw, ia berkata: Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan untuk umatmu, sebab mereka akan binasa. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, III/441, dan Ibnu 'Asakir, Tarikh Dimasyqi, 56/489) Dalam riwayat ini, Sahabat Bilal bin Haris tidak meminta hujan kepada Nabi, namun berkata: “Mintakanlah hujan”. Dan sudah pasti keyakinan kita yang memberi hujan adalah Allah. Kemudian apakah para almarhum yang wafat masih bisa mendoakan yang hidup? 

Berikut dasar hadits sahihnya:

فَيُعْرَضُ عَلَيْهِمْ أَعْمَالُهُمْ فَإِذَا رَأَوْا حَسَنًا فَرِحُوْا وَاسْتَبْشَرُوْا وَقَالُوْا : هَذِهِ نِعْمَتُكَ عَلَى عَبْدِكَ فَأَتِمَّهَا وَإِنْ رَأَوْا سُوْءًا قالوا : اللَّهُمَّ رَاجِعْ بِعَبْدِكَ . أخرجه عبد الله بن المبارك في الزهد


“Lalu amal mereka diberi tahukan kepada ahli kubur. Jika mereka (ahli kubur) melihat amal baik, maka mereka bahagia dan berkata: “Ini adalah nikmat pemberian-Mu kepada hamba-Mu. Maka sempurnakanlah nikmat itu.” Jika mereka melihat amal buruk maka mereka berkata: “Ya Allah kembali-kan hamba Mu” (HR Ibnu al-Mubarak) 

Syekh Al-Albani berkata:

وَبِالْجُمْلَةِ فَالْحَدِيْثُ صَحِيْحٌ كَمَا قَالَ السُّيُوْطِي بِهَذِهِ الشَّوَاهِدِ وَاللهُ أَعْلَمُ (السلسلة الصحيحة) - (ج ٦ / ص ١٢٧)


“Secara keseluruhan hadits ini adalah sahih dengan berbagai hadits penguatnya seperti dikatakan oleh As-Suyuthi” (Silsilah Ahadits Ash-Shahihah 6/127) 

Diantara hadis penguatnya adalah:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ الأَمْوَاتِ ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ ، قَالُوا : اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُمْ ، حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا. رواه أحمد وفيه رجل لم يسم


“Sungguh amal kalian disampaikan kepada kerabat dan kawan yang telah mati. Jika amal baik, maka mereka bahagia. Jika bukan, maka mereka berkata: “Ya Allah jangan matikan mereka sebelum Engkau beri hidayah seperti kami” (HR Ahmad, di dalam sanadnya ada perawi yang tidak disebut).
 
Ulil Albab Djalaluddin 
Alumni Al Falah Ploso Kediri

Posting Komentar

Selamat datang di Blog Dalil Aswaja An Nahdliyah, silahkan beri komentar di Postingan ini, berkomentarlah dengan sopan dan sesuai isi Postingan. Terimaksih
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.