وَقَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ : بَلَغَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْرُجُ فِي الْعِيدَيْنِ إِلَى الْمُصَلَّى بِالْمَدِينَةِ ، وَكَذَا مَنْ بَعْدَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرِ مَطَرٍ وَنَحْوِهِ ، وَكَذَلِكَ عَامَّةُ أَهْلِ الْبُلْدَانِ إِلَّا أَهْلَ مَكَّةَ . ثُمَّ أَشَارَ إِلَى أَنَّ سَبَبَ ذَلِكَ سَعَةُ الْمَسْجِدِ وَضِيقُ أَطْرَافِ مَكَّةَ قَالَ : فَلَوْ عُمِّرَ بَلَدٌ فَكَانَ مَسْجِدُ أَهْلِهِ يَسَعُهُمْ فِي الْأَعْيَادِ لَمْ أَرَ أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهُ ، فَإِنْ كَانَ لَا يَسَعُهُمْ كُرِهَتْ الصَّلَاةُ فِيهِ وَلَا إِعَادَةَ . وَمُقْتَضَى هَذَا أَنَّ الْعِلَّةَ تَدُورُ عَلَى الضِّيقِ وَالسَّعَةِ ، لَا لِذَاتِ الْخُرُوجِ إِلَى الصَّحْرَاءِ ، لِأَنَّ الْمَطْلُوبَ حُصُولُ عُمُومِ الِاجْتِمَاعِ ، فَإِذَا حَصَلَ فِي الْمَسْجِدِ مَعَ أَفْضَلِيَّتِهِ كَانَ أَوْلَى . فتح الباري لابن حجر - ج ٣/ ص ٣٧٨ |
SHALAT ID DI MASJID
Demikian juga kebanyakan umat Islam di negaranya, kecuali penduduk Makkah”.
Imam Syafii mengisyaratkan bahwa hal tersebut dikarenakan luasnya masjid dan sempitnya kawasan Makkah.
Imam Syafii berkata: “Jika sebuah hunian kampung semarak dan masjid mereka memadai untuk penduduknya saat hari raya, maka menurut saya mereka jangan keluar dari masjid. Jika masjidnya sempit maka makruh salat disana namun tidak wajib mengulang”.
Dengan demikian, faktornya adalah melihat luas dan sempitnya masjid, bukan karena keluar menuju tanah lapang. Sebab alasannya adalah dapat berkumpulnya umat. Jika bisa dikumpulkan di dalam masjid, bersama keutamaannya, maka lebih baik” (Fath Al-Bari 3/378)
Ulil Albab Djalaluddin
Alumni Al falah Ploso Kediri