لَمْ يُصَرِّحْ اَحَدٌ مِنَ اْلاَصْحَابِ بِاسْتِحْبَابِ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِي بَيْنَ تَسْلِيْمَاتِ التَّرَاوِيْحِ لَكِنِ الَّذِي يُفْهَمُ مِنْ عُمُوْمِ كَلاَمِهِمْ اَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الدُّعَاءُ عَقِبَ كُلِّ صَلاَةٍ وَالْمُرَادُ عَقِبَ التَّسْلِيْمِ وَقَدْ صَرَّحُوْا بِاَنَّهُ يُسْتَحَبُّ افْتِتَاحُ الدُّعَاءِ وَخَتْمُهُ بِالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِي وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ. فَاسْتِحْبَابُ الصَّلاَةِ حِيْنَئِذٍ مِنْ هَذِهِ الْحَيْثِيَّةِ |
"Tidak ada ulama Syafiiyah yang menjelaskan anjuran membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diantara sela-sela salam salat Tarawih. Namun yang dapat dipahami dari para ulama Syafiiyah adalah anjuran membaca doa setelah selesai salat. Para ulama juga menganjurkan mengawali doa dan mengakhirinya dengan bacaan shalawat kepada Rasulullah Saw, keluarga dan para sahabatnya. Dengan demikian, anjuran membaca shalawat dalam Tarawih adalah dengan melihat faktor tersebut" (Talkhish al-Fatawa Ibnu Ziyad 94, Hamisy kitab Bughyah) Kedua, karena larangan melanjutkan salat ke salat berikutnya tanpa dipisah dengan pindah tempat atau ucapan. Seperti hadits:
فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ : صلى الله عليه وسلم- أَمَرَنَا بِذَلِكَ أَنْ لاَ تُوصَلَ صَلاَةٌ حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ : رواه مسلم |
“Rasulullah memerintahkan kita seperti itu, yaitu tidak menyambung ke salat berikutnya hingga kami berkata sesuatu atau keluar dahulu” (HR Muslim)
Ulil Albab Jalaluddin
Alumni Al Falah Ploso Kediri